Pemprov NTB Bentuk Tim Khusus Tangani Kecelakaan di Gunung Rinjani

RADARBANGSA.COM - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) membentuk tim penyelamatan dan evakuasi khusus di Gunung Rinjani sebagai bagian dari perbaikan sistem pendakian pasca-insiden jatuhnya pendaki asal Brazil, Juliana Marins.
Langkah ini merupakan atensi langsung dari Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, yang telah berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta pihak Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
“Pak Gubernur sudah berkoordinasi dengan Pak Menhut bersama TNGR untuk membantu pembenahan di Gunung Rinjani,” ujar Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik NTB, Yusron Hadi, di Mataram, Kamis (3/7).
Sebagai tahap awal, Pemprov NTB akan melatih 12 orang warga lokal Rinjani untuk menjadi tim penyelamat dan evakuasi. Mereka akan dibekali pelatihan selama 10 hari oleh instruktur profesional bersertifikat nasional dan internasional dari Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI).
“Untuk tahap pertama pelatihan dilaksanakan 10 hari. Pemateri pelatihan ini dibimbing oleh lembaga pelatihan yang tergabung di FPTI,” jelas Yusron.
Tak hanya membentuk tim penyelamat, Pemprov NTB juga akan membenahi citra pendakian Rinjani agar sesuai dengan realitas medan yang menantang.
“Nah terkait 'branding' kita akan perbaiki. Karena naik Rinjani ini bukan seperti naik di bukit-bukit seperti di dalam serial Teletubbies. Tapi pendakian yang membutuhkan keterampilan, keahlian, dan fisik yang prima,” tegas Yusron.
Sejalan dengan itu, rambu-rambu peringatan dan tanda bahaya akan diperbanyak di jalur pendakian. Pemprov juga akan membangun pos-pos evakuasi guna mempercepat respons saat terjadi kecelakaan.
Perwakilan dari FPTI sekaligus pelatih, Dison, mengatakan pihaknya diminta langsung oleh Gubernur NTB untuk membentuk tim penyelamat dari warga setempat, termasuk porter, pemandu (gaet), dan relawan.
“Sesuai arahan Pak Gubernur kita akan membentuk tim rescue yang berasal dari warga setempat, mulai porter, gaet dan relawan. Mereka ini kita berikan pelatihan dan diberikan sertifikat dengan standar nasional dan internasional di bawah FPTI dan Federasi Pendakian dan Pendakian Gunung Internasional (UIAA), sehingga sistem rescue di Rinjani berkelas internasional,” ungkapnya.
Tim penyelamat juga akan dilengkapi jalur evakuasi yang lebih layak untuk mendukung kecepatan dan keamanan penanganan.
“Jangan tim penyelamat sudah bagus tapi jalurnya belum bagus,” ujarnya.
Pendiri FPTI sekaligus pendiri Vertikal Rescue Indonesia, Haris Sulistianto, menyebutkan total tim penyelamatan berjumlah 30 orang, namun untuk tahap awal hanya 12 orang yang akan dilatih. Haris menegaskan bahwa tim ini bukan bagian dari Basarnas, melainkan bertugas membantu secara cepat sebelum tim SAR resmi tiba.
“Jadi kita bukan buat Basarnas swasta. Tapi kita membantu sifatnya. Karena tugas Basarnas sudah berat ngurusi semua musibah kecelakaan di Indonesia. Jadi sebelum SAR datang kita sudah lebih awal, makanya kenapa itu anggotanya harus orang Rinjani, supaya mereka lebih dulu datang memberikan bantuan,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa pendakian Rinjani bukan untuk pemula. Jalurnya menantang dan membutuhkan keterampilan khusus, sehingga keamanan seperti tali pengaman dan rambu peringatan wajib disediakan di setiap titik rawan.
“Kenapa di Rinjani banyak kecelakaan karena terlalu indah, sehingga banyak orang (wisatawan) yang ingin ke Rinjani. Karena itu untuk yang pemula sebetulnya tidak disarankan naik ke Rinjani, kalau pun bisa harus ada latihan mulai fisik dan lain-lain untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
-
Si Jago Merah Lalap Habis Belasan Rumah Warga Di Bima, NTB
-
Nur Faizin Apresiasi Dewi Nur Aini yang Sumbang Medali Emas untuk Sumenep
-
DPRD Sumenep Sampaikan Nota Penjelasan Tiga Raperda Strategis
-
Pemprov NTB Bentuk Tim Khusus Tangani Kecelakaan di Gunung Rinjani
-
FPKB Jateng Apresiasi Pemprov Alokasikan Rp250 M untuk Guru Agama