Pertumbuhan Usaha Indonesia dan Prediksi Krisis Ekonomi Global

| Minggu, 08/12/2019 20:08 WIB
Pertumbuhan Usaha Indonesia dan Prediksi Krisis Ekonomi Global Bank Indonesia. (Foto: inewsid)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM – Menjelang akhir tahun, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi Indonesia pada beberapa bulan kedepan atau di tahun mendatang menguat. Hal ini tercermin dari hasil riset Bank Indonesia (BI) mengenai Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK) November 2019. Dari banyaknya aspek, ekspektasi tertinggi adalah pada ketersediaan lapangan kerja dan kegiatan usaha di tahun mendatang. Hal ini menjadi tantangan bagi seluruh pelaku usaha industri mikro, menengah maupun besar di Indonesia.

Disamping tingginya ekspektasi konsumen terhadap pertumbuhan usaha, Badan Pusat Statistik (BPS) turut merilis mengenai kondisi bisnis triwulan IV- 2019 yang diperkirakan masih tumbuh namun dengan tingkat optimisme yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2019. Nilai Indeks Tendensi Bisnis (ITB) triwulan IV-2019 yang tertera adalah 104,79. BPS memprediksi akan terjadi perbaikan kondisi bisnis yang disebabkan oleh adanya peningkatan order dari dalam negeri, harga jual produk, dan order barang input. Sementara itu, order dari luar negeri juga relatif menurun.

Beranjak dari kedua data mengenai ekspektasi serta realita perekonomian ini maka sepantasnya masyarakat juga harus menerka skenario perekonomian di masa mendatang. Prediksi kalangan ekonom yang beredar di ambang akhir triwulan IV ini adalah perlambatan ekonomi global yang akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani sempat menyatakan kekhawatirannya tentang ancaman krisis ekonomi global ditambah perang dagang antara Amerika dan China yang belum menunjukkan adanya kesepakatan. Jajaran pimpinan Bank-Bank Internasional sebelumnya menyebutkan bahwa perang dagang Amerika dan China akan berdampak besar pada negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki banyak hubungan dengan kedua negara adidaya tersebut. Beberapa aspek yang disoroti adalah menurunnya investasi asing di beberapa sektor Perdagangan Indonesia seperti manufaktur dan migas.

Pada rapat-rapat yang digelar di parlemen, wakil rakyat berkali-kali menanyakan mengenai antisipasi serta jenis-jenis support apa yang dapat mereka berikan pada pihak perbankan untuk menghadapi resesi global. Meskipun beberapa menyampaikan rasa optimis pada pertumbuhan perekonomian kedepan, namun kegelisahan banyak terungkap dari data - data perekenomian yang ada.

Berpijak pada beberapa kekhawatiran ini, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Hubungan Internasional, Shinta Kamdani menjelaskan beberapa upaya yang perlu dilakukan oleh pelaku usaha untuk dapat menstabilkan serta mampu bersaing kedepannya.

Dilansir dari Liputan6.com, beberapa upaya ini adalah Pelaku usaha wajib melakukan kajian secara mendalam pada hal yang umum atau sektoral, khususnya mengenai investasi dan perdagangan. Seperti usaha berfokus pada ekspor dan tidak hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan domestik. Selain itu perlunya mereformasi kinerja institusi publik dan swasta dengan melakukan kajian-kajian dan penguatan riset diantaranya pengumpulan data dan informasi hambatan non-tarif termasuk regulasi teknis, standar, pengumpulan data usaha, business matching serta pendampingan.

Mengenai peran pemerintah, Shinta menganjurkan agar pemerintah membantu pelaku usaha membuat mapping untuk mengenal daerah-daerah di Indonesia yang menjadi pusat kegiatan logsitik dan pusat kegiatan industri. Pada sektor perpajakan dan investasi, pemerintah perlu menyusun prosedur yang lebih sederhana dan efisien untuk mengatasi regulasi perizinan yang bermasalah dan berbelit – berbelit.

Tags : Ekonomi , Pelaku Usaha ,