Data Ekonomi AS Masih Perkasa, Kurs Rupiah Melemah

| Jum'at, 15/03/2024 13:52 WIB
Data Ekonomi AS Masih Perkasa, Kurs Rupiah Melemah Karyawan Bank Tunjukkan Uang Pecahan Rupiah Rp50.000 dan Rp100.000 (Foto: Istimewa)

RADARBANGSA.COM - Perkembangan terbaru data perekonomian Amerika Serikat menunjukkan kekuatan yang melebihi perkiraan, membuat kurs rupiah melemah terhadap dolar pada siang ini. 

Mengutip data Bloomberg, Jumat 15 Maret 2024 pukul 13.45 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan pada level Rp15.620 per dolar AS, melemah 40 poin atau 0,26% dibandingkan Kamis sore di level Rp15.580 per dolar AS.

"Data inflasi AS yg keluar Selasa malam kemarin dan tadi malam yang terkait inflasi produsen memang lebih tinggi dari perkiraan. Jadi membuat kurs rupiah hari ini melemah pasca penguatan akibat komentar Powell di Kongres minggu lalu yang mengatakan pemotongan suku bunga acuan sudah dekat," kata Macroeconomic Analys, PT Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN Irman Faiz saat dihubungi Ipotnews, siang ini. 

Data Indeks Harga Pordusen (producer price index/PPI) AS pada Februari lalu bergerak lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar. Masih panasnya data PPI bisa memicu prospek pemangkasan suku bunga bank sentral AS Federal Reserve  pada Juni menyusut.

Laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan PPI Negeri Paman Sam naik 0,6% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Februari 2024. Nilai tersebut lebih panas dibandingkan dengan kenaikan 0,3% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei Reuters.

Dalam basis tahunan (year-on-year/yoy), PPI AS juga semakin panas dengan naik 1,6% yoy, dibandingkan perkiraan prediksi pasar 1,1% yoy.

Sementara itu, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran mencapai 209.000 pada pekan yang berakhir 9 Maret. Nilai tersebut malah turun dibandingkan pekan sebelumnya sebesar 210.000 dan berbanding terbalik dengan konsensus yang proyeksi naik ke 218.000 klaim.

Di sisi lain, penjualan ritel AS periode Februari 2024 dengan hasil 1,5% secara tahunan (yoy), melampaui ekspektasi pasar berdasarkan data Trading Economic sebesar 1% yoy.

Data-data tersebut secara keseluruhan menunjukkan ekonomi AS masih tangguh. Pasalnya, penjualan ritel tumbuh positif, inflasi panas, disertai klaim pengangguran turun. Namun, hal tersebut bisa berimplikasi berbeda untuk prospek pemangkasan suku bunga the Fed.

Perhitungan CME FedWatch Tool pada Jumat dini hari (15/3), menunjukkan peluang 99% suku bunga ditahan pada pertemuan FOMC Maret ini, sementara pemangkasan suku bunga pada Juni menunjukkan peluang 54,5%, menyusut dibandingkan pekan lalu yang nilainya nyaris mencapai 60%.

Tags : Rupiah , Kurs , Dolar