Harga Nikel Global Capai Titik Terendah

| Jum'at, 14/06/2024 11:22 WIB
Harga Nikel Global Capai Titik Terendah Tambang Nikel di Indonesia (MTO)

RADARBANGSA.COM - Harga nikel global mungkin telah mencapai titik terendahnya, menurut analis Macquarie yang melihat pemulihan pasar didorong oleh kuatnya permintaan dari sektor baja dan menyusutnya surplus pasokan bijih setelah Indonesia yang memperlambat izin produksi.

“Keyakinan kami adalah bahwa kami telah melihat titik terendahnya, kami telah melihat penyesuaian pasokan, kami melihat ketidakpastian dalam pasokan di masa depan, dan hal ini memberi kami cukup banyak dukungan terhadap harga saat ini,” kata analis Macquarie, Jim Lennon, dikutip Reuters Jumat 14 Juni 2024.

Dia memperkirakan harga tunai nikel LME sebesar $17,379 per metrik ton tahun ini, turun dari $21,491 per ton tahun lalu.

Nikel tunai di London Metal Exchange (LME) diperdagangkan sekitar $17.500 per ton pada hari Kamis.

Harganya bisa kembali naik menjadi $20,500 per ton pada tahun 2025 dan secara bertahap naik menjadi $23,000 per ton pada tahun 2028, kata Lennon.

Persetujuan pertambangan di negara produsen utama Indonesia menghadapi penundaan pada tahun ini untuk berbagai mineral termasuk nikel, sehingga menyebabkan penurunan persediaan bijih di pabrik peleburan dan memaksa beberapa perusahaan untuk mengimpor bijih dari Filipina.

Pemerintah Indonesia menyetujui kuota produksi, yang dikenal sebagai RKAB, untuk sekitar 240 juta metrik ton bijih nikel setiap tahunnya selama tiga tahun ke depan.

Jumlah tersebut jauh di bawah perkiraan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) tahun ini sebesar 260 juta ton.

Hingga minggu ini, hanya sekitar 220 juta ton produksi tahunan yang telah disetujui, sehingga menyebabkan kekurangan di pabrik peleburan, kata Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey pada konferensi yang sama.

Pabrik peleburan telah mengurangi persediaan bijih mereka "sangat, sangat dramatis", kata Lennon dari Macquarie.

“Mendengar apa yang kita dengar tentang keterbatasan pasokan bijih, saya pikir (kelebihan pasokan logam nikel tahun ini) kemungkinan besar akan berkisar antara 50.000 dan 100.000 ton, bukan lebih dari 100.000 ton,” kata Lennon, mengacu pada perkiraan Macquarie sebelumnya.

Di tengah rendahnya harga dan meningkatnya biaya, produsen nikel seperti BHP dan Anglo-American, juga memangkas produksinya, katanya.

Terkait permintaan, Lennon mengatakan konsumsi nikel primer secara global diperkirakan akan tumbuh 8,9% menjadi 3,53 juta metrik ton tahun ini, dibandingkan dengan pertumbuhan pasokan sebesar 6,3%.

Paul White, sekretaris jenderal Kelompok Studi Nikel Internasional, mengatakan pada konferensi tersebut bahwa permintaan nikel primer diperkirakan meningkat sebesar 7,9% tahun ini, serupa dengan tahun lalu.

Produksi baja tahan karat yang kuat di Tiongkok dan Indonesia akan mendukung permintaan nikel, kata Lennon dan White.

Lennon menambahkan, konsumsi nikel di sektor baterai yang sempat terhenti pada tahun lalu akibat tingginya stok baterai, akan kembali tumbuh pada tahun 2024.

Jerome Baudelet, direktur penjualan dan pemasaran nikel & litium di perusahaan tambang Prancis Eramet, mengatakan permintaan nikel untuk baterai diperkirakan akan melonjak menjadi 2,7 juta ton pada tahun 2035, mewakili 48% permintaan nikel global, naik dari 687,000 ton pada tahun 2025.

Tags : Nikel , Baja , Listrik

Berita Terkait