Dampak Corona, Menteri Agus: Beberapa Negara Hentikan Produksi di RRT

| Jum'at, 06/03/2020 19:27 WIB
Dampak Corona, Menteri Agus: Beberapa Negara Hentikan Produksi di RRT Menteri Agus Suparmanto (foto: radarbangsa /TAP)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan Republik Rakyat Tiongkok atau RRT merupakan satu dari tiga negara central dari Global Value Chain dunia selain Amerika Serikat dan Jerman, sehingga  melakukan penghentian aktivitas produksi beberapa perusahaan multinasional yang berbasis di RRT.

“Pabrik perakitan mobil Nissan di Fukuoka, Jepang untuk tujuan ekspor telah menyatakan akan memberhentikan produksi dikarenakan pasokan autoparts yang tidak mencukupi,” kata Mendag Agus Suparmanto saat menjadi narasumber di acara diskusi publik, “Kesiapan Perdagangan Indonesia Menghadapi Wabah Virus Corona”, DPP PKB, Jakarta,  Jumat 6 Februari 2020.

Tidak hanya Jepang, Filipina, India dan vietnam juga terganggu dengan adanya wabah virus corona tersebut, “terhentinya industri elektronik dan semi konduktor di Filipina akibat kurangnya pasokan bahan  baku dari RRT,” katanya.

“Pengalihan pembelian yang sebelumnya membeli barang RRT ke India untuk produk keramik,  peralatan rumah tanggga, barang-barang fashion dan gaya hidup, tekstil, barang-barang teknik dan  furnitur. Produsen dan eksportir barang-barang tersebut menerima peningkatan permintaan dari  Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk menggantikan RRT sebagai pemasok,” jelas Menteri dari Partai Kebangkitan Bangsa ini.

Hyundai Motor Company juga, lanjut Mendag Agus, telah menangguhkan produksinya akibat tidak tersedianya bahan baku suku cadang yang selama ini berasal dari RRT. Ketergantungan terhadap RRT diperkirakan akan menurunkan ekspor manufaktur Korea Selatan.

Bahkan Jerman, kata Mendag, kehilangan sekitar 40% pasar VW dan 30% pasar BMW ada di RRT. Industri Kimia Jerman yang memiliki pabrik di RRT, seperti BASF dan Evonik menghentikan  produksiknya sementara. “Pada bulan November 2019 seperempat perusahaan Jerman yang berinvestasi di RRT (total  berjumlah 526 perusahaan) sudah merencanakan untuk mengalihkan investasinya ke tempat lain,” paparnya.

“Perusahaan Jerman di RRT akan melakukan relokasi sebagian pabrik dan/atau rantai pasok bagi  industrinya ke negara lain seperti India dan Asia Tenggara. Adapaun untuk rantai pasok pada  sektor pertanian dan perkebunan, pelaku usaha Jerman saat ini lebih fokus untuk pasar baru di  Afrika dan Amerika Latin,” ungkapnya.

Sementara Indonesia, ekspor komoditas masih menjadi  andalan Indonesia, sehingga  kemungkinan ekspor komoditas  Nikel dan Batubara yang  berkontribusi cukup besar dari  ekspor Indonesia ke RRT akan  terganggu.

Tags : Virus Corona , Diskusi Publik , PKB , Radesa Institute

Berita Terkait