Transformasi PKB di Usia ke-27: Antara Tantangan Destruktif dan Kepemimpinan Konstruktif

| Rabu, 23/07/2025 10:29 WIB
Transformasi PKB di Usia ke-27: Antara Tantangan Destruktif dan Kepemimpinan Konstruktif KH. Maman Imanulhaq (Anggota Komisi VIII DPR RI FPKB). (Foto: Istimewa)

Oleh: Dr. KH. Maman Imanulhaq, MM*

RADARBANGSA.COM

Harlah ke-27 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bukan sekadar seremoni mengenang sejarah, tetapi momentum evaluasi, afirmasi, dan transformasi. Di tengah berbagai tantangan politik, sosial, dan ideologis yang menghantam dari dalam dan luar, PKB justru menunjukkan ketangguhan sebagai partai yang tidak hanya bertahan, tetapi terus bertumbuh dan beradaptasi.

Lebih dari seperempat abad, PKB telah membuktikan eksistensinya sebagai partai politik yang berakar kuat pada nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah, serta memiliki komitmen tinggi terhadap demokrasi, kebangsaan, dan keadilan sosial. Sejarah kelahirannya sebagai representasi politik kalangan pesantren, kultural Nahdlatul Ulama, serta kaum tradisionalis menjadi fondasi ideologis yang terus dirawat dan diperbarui.

Namun, memperingati ulang tahun ke-27 juga berarti menghadapi kenyataan bahwa zaman terus berubah. Tantangan politik nasional semakin kompleks, mulai dari disrupsi teknologi, pergeseran demografi politik, hingga krisis kepercayaan publik terhadap institusi-institusi demokrasi. Di tengah realitas itu, transformasi menjadi kata kunci agar PKB tidak sekadar bertahan, tetapi juga relevan, progresif, dan memimpin arah perubahan. 

Tantangan Destruktif dalam Lanskap Politik Nasional

Transformasi menjadi isu utama karena PKB beroperasi di dalam medan politik yang sarat dengan kendala destruktif. Fragmentasi ideologis, polarisasi sosial, oligarki politik, dan maraknya politik identitas adalah sebagian dari tantangan yang menggerogoti tatanan demokrasi. Tak hanya itu, politik transaksional yang kerap mengabaikan idealisme dan mengedepankan kepentingan sesaat juga menjadi jebakan yang dapat membuyarkan arah perjuangan partai-partai berbasis nilai, seperti PKB.

Di sisi internal, tantangan regenerasi kader, modernisasi struktur, dan penyelarasan visi pusat-daerah memerlukan energi dan strategi yang tidak sederhana. Namun di sinilah PKB menampilkan wajah berbeda: ia tidak menjadi korban keadaan, melainkan pemain yang aktif membentuk arah zaman.

Kepemimpinan Transformasional Gus Muhaimin

Di tengah dinamika tersebut, Ketua Umum PKB, Gus Abdul Muhaimin Iskandar, tampil sebagai arsitek transformasi partai. Kepemimpinannya tidak bersifat reaktif, tetapi proaktif dan sistematis. Gus Muhaimin tidak sekadar menjaga marwah partai sebagai pewaris nilai-nilai Nahdlatul Ulama, tetapi menjadikannya kekuatan politik yang cerdas dalam membaca realitas dan berani dalam melakukan lompatan-lompatan strategis.

Beberapa langkah konkret yang mencerminkan transformasi PKB yang diinisiasi Gus Muhaimin yang juga Menko Bidang Pemberdayaan Masyarakat itu seperti modernisasi struktur dan digitalisasi organisasi. Di tangan Gus Muhaimin, PKB menjelma menjadi salah satu partai yang cepat beradaptasi dengan teknologi digital. Platform komunikasi, konsolidasi kader, dan bahkan rekrutmen politik telah diarahkan pada pemanfaatan teknologi digital. Ini menunjukkan bahwa PKB tidak gagap teknologi, dan mampu merangkul generasi muda dengan bahasa yang mereka pahami.

Kedua, Gus Muhaimin berhasil melakukan penguatan identitas ideologis dan politik kelas menengah PKB yang tetap kokoh dalam nafas Islam Ahlussunnah wal Jamaah, namun tidak jumud. Di bawah Gus Muhaimin, nilai-nilai itu dijadikan pijakan untuk memperjuangkan isu-isu strategis bangsa seperti keadilan sosial, demokrasi inklusif, dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Politik berbasis nilai yang diterjemahkan dalam aksi konkret menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi kelas menengah Muslim yang terdidik.

Ketiga, yang gencar dilakukan Gus Muhaimin, PKB membangun akar di kalangan milenial dan Gen-Z. PKB tidak hanya menatap ke masa lalu, tetapi membangun jembatan ke masa depan. Program-program kreatif, edukatif, dan digital-oriented yang digagas oleh Gus Muhaimin berhasil membuka ruang partisipasi yang luas bagi anak muda. Ini penting, karena generasi muda bukan hanya pemilih hari ini, tetapi pemimpin masa depan.

Terakhir dan yang paling dianggap kesuksesan kepemimpinan Gus Muhaimin adalah konsolidasi internal yang solid dan berjenjang. PKB berhasil menciptakan kultur kerja kolektif yang menjangkau seluruh level kepengurusan. Kaderisasi tidak sekadar administratif, tapi juga ideologis dan strategis. Ketum PKB menempatkan struktur partai sebagai rumah besar yang membina, bukan sekadar mengatur.

Narasi Solutif: Menuju PKB yang Visioner dan Inklusif

Meski begitu, di usia ke-27 ini, PKB perlu terus memperkuat transformasi pada tiga level, pertama yakni transformasi struktural. Transformasi struktural dibutuhkan untuk mempercepat profesionalisasi kepengurusan, memperkuat sistem meritokrasi, serta mengembangkan pola rekrutmen dan pelatihan kader berbasis kompetensi dan integritas. Kedua Transformasi Kultural. Menanamkan etos kerja baru yang progresif, adaptif, dan berbasis pada semangat melayani. Kader PKB di semua tingkatan harus mampu menjadi pionir di tengah masyarakat, bukan hanya simbol struktural.

Ketiga adalah transformasi strategis.
PKB menjadi partai yang mampu menavigasi kebijakan publik dan menjadi poros utama dalam membangun koalisi kebangsaan. PKB harus hadir sebagai jembatan antara kekuatan nasionalis dan kekuatan Islam moderat untuk memperkuat fondasi kebangsaan Indonesia.

Penutup: 27 Tahun, Titik Awal Baru

Harlah ke-27 bukan hanya penanda usia, tetapi titik awal dari babak baru. Dengan kepemimpinan yang visioner, struktur yang solid, dan semangat transformasi yang menyala, PKB bukan hanya siap menjadi partai papan atas, tetapi juga rumah besar bagi rakyat yang ingin perubahan nyata.

Gus Muhaimin telah meletakkan pondasi yang kokoh dan arah yang jelas: membangun PKB bukan sebagai kendaraan kekuasaan semata, tetapi sebagai kekuatan perubahan yang berakar kuat pada nilai-nilai, bekerja cerdas dalam strategi, dan terus membuka ruang untuk masa depan yang inklusif dan berkeadaban.

*(Wakil Ketua Fraksi PKB DPR RI/Dewan Syura DPP PKB)

Tags : Harlah PKB 27