Islam dan Penguatan Hak Penyandang Disabilitas

| Selasa, 03/12/2019 15:26 WIB
Islam dan Penguatan Hak Penyandang Disabilitas Ilustrasi: sampul buku Fiqih Penguatan Penyandang Disabilitas terbitan LBM PBNU. (doc. NU Online)

Oleh: KH Said Aqil Siroj*

RADARBANGSA.COM - Telah dimaklumi, Islam diturunkan untuk menciptakan tata kehidupan dunia yang damai dan penuh kasih sayang (rahmatan lil alamin ). Visi ini terefleksi keseluruhan teks-teks ilahiyah, baik yang berkenaan dengan masalah aqidah, syariah, maupun tasawuf atau etika. Konsep rahmatan lil alamin ini tidak langsung menekakan peran Islam dalam memenuhi hak-hak dasar manusia (huququl insan).  

Islam sebagai agama samawi TIDAK terlepas Dari empat dalam tujuan berikut: Pertama , untuk review Mengenal Allah subhanahu wata`ala (ma`rifatullah) Dan mengesakan-Nya (tauhid); kedua , menjalankan ritual dan ibadah kepada Allah subhanahu wata`ala sebagai manisfestasi rasa syukur untuk-Nya; tiga , untuk mendorong amar ma`ruf nahi munkar (mendukung kebebasan dan mencegah kemungkaran), serta menghasilkan manusia yang hidup dengan etika dan akhlak mulia (tasawuf); dan, keempat , untuk mengatur peraturan yang berkaitan dengan hubungan sosial (mu`amalah) di antara sesama manusia. Keempat poin inilah yang disebut oleh Syekh Ali AhmadAl-Jurjawi sebagai maksud dan hikmah yang diturunkannya hukum Islam (hikmatut tasyri `). Dan salah satu aspek kehidupan manusia yang sangat diperhatikan oleh Islam sejak diturunkannya adalah masalah pemenuhan hak-hak dasar manusia, terutama bagi penyandang cacat.

Misi Islam dalam pemenuhan hak cipta disabilitas, dimulai dari teladan umat Islam, Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam. Diperkenalkan, kompilasi sahabat Abdullah Ibnu Umi Maktum mendatangi Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam untuk memohon bimbingan Islam, Nabi shallallahu` alaihi wasallam diterbangkannya, sementara Nabi shallallahu `alaihi wasallam sedang ditunggu-tunggu rapat, petinggi pimpinan terkait nasib kaum muslimin. Kemudian, turun Surat `Abasa sebagai ganti agar Nabi shallallahu` alaihi wasallamlebih memperhatikan Abdullah Ibnu Umi Maktum yang diasumsikan netra, dari para pemuka Quraisy itu. Sejak saat itu, Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam sangat memuliakan Ibnu Ummi Maktum dan jika menjumpainya langsung menyapa dengan kalimat:

 مَرْحَبًا بِمَنْ عَاتَبَنِي فِيْهِ رَبِّي  

Artinya: "Selamat berjumpa wahai orang yang disetujui aku telah disetujui oleh Tuhanku."

Melihat asbābun nuzūl (sebab turun) Surat `Abasa, Islam sangat memperhatikan disabilitas, menerimnya setara dengan manusia lain dan bahkan memprioitaskannya. Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam sendiri terhadap penyandang disabilitas untuk pemberdayaan dan pengembangan potensiensinya. Hal Penyanyi setidaknya Terjadi Terhadap sahabat Ibnu Ummi Maktum, Yang DAPAT Berkembang sebagai individu penyandang tunanetra Yang tangguh Dan mandiri Serta mempunyai skil l KEPEMIMPINAN Yang KUAT. Terbukti, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam pernah mengangkat sahabat Ibnu Ummi Maktum untuk mewakilinya menjadi imam di Madinah. Nabi Muhammad sedang bepergian ke luar Madinah.

Demikianlah ajaran Islam dalam pemenuhan hak dan pemberdayaan disabilitas. Namun, ajaran seperti ini belum digunakan secara maksimal sebagai semangat untuk melakukan-upaya pemenuhan hak-hak penyandang cacat oleh umat Islam, termasuk umat Islam di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan, meskipun jumlah penyandang disabilitas di Indonesia cukup besar, yaitu lebih dari 6 (enam) juta jiwa, namun perhatian masyarakat Indonesia yang membutuhkan muslim, terhadap penyandang disabilitas masih tergolong rendah. Tak sedikit para penyandang cacat yang berhasil menyelesaikan dikriminatif, mulai dari lingkungan keluarga hingga masyarakat.

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi sosial keagamaan (jam`iyyah diniyyah ijtima`iyyah) telah merespons masalah disabilitas ini dengan kontribusi aksi dan tindakan, termasuk membahas disabilitas dengan melibatkan para kiai. Nahdlatul Ulama memandang penyandang disabilitas bukan sebagai pihak medis, dapat mewakili diskusi sosial. Oleh karena itu, Nahdlatul Ulama perlu terlibat dalam perlindungan hak dan pemberdayaan penyandang cacat dan berkeadilan. Nahdlatul Ulama harus selalu hadir dalam menyelesaikan masalah ini guna menciptakan kemaslahatan. Tanggapan Nahdlatul Ulama yang demikian itu merupakan salah satu bentuk kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial yang tidak hanya sebagai mandat jam`iyah tetapi juga masalah agama. Allah berfirman dalam Al-Qur`an Surat Al-Baqarah ayat 143:

Artinya: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu, umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (manusia) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”.

Untuk menjadi saksi diharuskan kehadiran (hudlur). Artinya, harus ada keterlibatan dalam kehidupan sehingga spiritualitas Islam sebagai agama yang rahmatan lil `alamin dapat mewujud dan mengada dalam bentuk kepedulian terhadap yang menyelimuti masyarakat. Seorang peserta tidak dapat hanya bertindak sebagai penonton. Ia berhak untuk mengawal, mengarahkan dan mengoreksi segala yang disaksikan demi kemaslahatan yang bertumpu pada perlindungan agama, jiwa, akal, perjuangan, dan harta.

Selain itu, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk solidaritas terhadap sesama Muslim, dan bahkan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam memberikan izin keras; bukan muslim jika tidak peduli terhadap diskusi muslim lainnya. Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda:

 من لم يهتم بأمر المسلمين فليس منهم  

Artinya: “Barangsiapa yang tidak peduli dengan Muslimin, maka dia tidak termasuk dalam golongan mereka.”

Melalui Lembaga Bahtsul Masail PBNU, respons س NU terhadap masalah disabilitas dilakukan. Disponsori penting Tentang disabilitas mendapat perhatian serius jamiyyah dan jamaah NU di sejumlah daerah. Rabitah Ma`ahid Islamiyah (RMI) turut membantu memperhatikan tentang hal ini dengan melibatkan paradigma pesantren inklusif di Pondok Pesantren Luhur Tsaqafah, Jagakarsa. Dalam forum menerima paradigma pesantren inklusif ini, saya sampaikan komitmen NU dalam mendukung kapasitas, mendorong penerimaan (rekognisi), dan mengupayakan persetujuan kebijakan inklusif yang dirumuskan pada Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama (Munas NU) pada 23-25 November 2017 di Lombok, NTB telah kami lakukan. Diskusi atas pertanyaan yang berkembang di masyarakat kami jawab dalam sidang bahtsul masail, jawaban atas pertanyaan tersebut sudah terumuskan dengan sangat baik dan mendudukkan penyandang cacat. Saya percaya, saudara- saudara kita penyandang disabilitas mampu jauh lebih baik daripada saya dan lainnya.

Sebagai contoh, banyak sekali orang hebat yang menoreh sejarah dalam Islam, padahal tunanetra atau tidak bisa melihat. Sejarah Kontemporer Ditinggalkan, Prof Dr Thoha Husain dari Mesir. Dia sejak kecil tunanetra, kemudian pindah studi ke al Azhar Kairo untuk studi kesastraan Arab. Melanjutkan pendidikan doktoralnya di Sorbonne Paris dan menikah dengan warga negara Perancis. Saat menulis dissasi, dia sudah punya satu anak. Dalam proses membaca itu, Thaha Husain berbagi tugas: ia menggendong dan membaca literatur. Dia menyimpulkan, dan istri yang dihapusnya. Pulang dari sana, nama dia mulai populer dan diberi gelar tengaha adabi arabisebagai pelopor sastra Arab yang melakukan perombakan dalam gaya sastra Arab. Mulanya sastra Arab berakhir pada sajak-sajak, namun ia melakukan transformasi dalam tradisi sastra Arab dengan tidak melupakan aspek estetikanya. Thaha Husein tidak hanya dikagumi tetapi juga dikenang sebagai amidul adabi a rabi yang berkontribusi bagi kesusastraan Arab.

Kemudian Presiden kita KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ia memiliki keterbatasan dalam penglihatan, namun ia berjasa sangat besar bagi bangsa dan negara. Salah satunya, di dalam politik internasional Dia mengeluarkan dari di Eropa agar Papua tidak lepas dari NKRI yang berniat membuat referendum kemerdekaan. Gus Dur membuat kesepakatan-persetujuan yang disetujui agar Papua tetap menjadi bagian dari NKRI. Bila Gus Dur ke negara bagian di Timur Tengah, ia meyakinkan para kepala negara ini untuk tetap mendukung masyarakat Aceh namun tetap dalam satu bagian dari NKRI. Gus Dur membagun keyakinan internasional agar Indonesia tetap berkebangsaan Indonesia. Gus Dur dengan keahlian dan upayanya mendukung dan tetap mempersatukan Indonesia. Gus Dur yang tunanetra mampu menyelamatkan Indonesia dari disintegrasi, serta memastikan keselamatan bangsa dan negara dari bahaya perang saudara.

Gus Dur presiden pertama yang membentuk kementerian bidang perikanan dan kelautan. Dengan Indonesia yang luas wilayahnya adalah terbesar adalah lautan. Gus Dur sangat sadar tentang kekayaan bangsa yang bersumber dari lautan sangat luar biasa. Jutaan ton ikan tuna yang dihasilkan dapat menjadi sangat ekonomis untuk kebutuhan dalam negeri dan pasar internasional. Dengan lautan yang sangat luas, butuh kemampuan sehingga masyarakat mendapat manfaat. Begitu juga kebijakan lainnya, Gus Dur membentuk Direktorat Pesantren yang sebelumnya di bawah Direktorat Bimas Islam. Gus Dur berkuasa hanya 23 bulan namun prestasinya sangat luar biasa. Hingga saat ini, para pemimpin di dunia internasional mengakui kehebatan Gus Dur. Rakyat Indonesia pun menjadi bangga sebagai bangsa yang bermartabat di tengah-tengah cobaan gelombang krisis ekonomi dan politik.

Nominasi dan Dukungan Penerimaan (rekognisi) terhadap saudara-saudara kita penyandang cacat, menggerakkan masyarakat agar lebih peka dengan partisipasi yang dibutuhkan penyandang disabilitas. Yang tidak kalah pentingnya, pemerintah mengambil peran sentral melalui kebijakan dalam kerangka pemenuhan hak seluruh warga negara.

* Penulis adalah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tahun 2010-sekarang

===

Artikel ini dinukil (dengan kontribusi penyuntingan redaksional) dari pengantar buku "Fiqih Penguatan Penyandang Disabilitas" terbitan LBM PBNU, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Unibraw. Unduh buku (PDF) di kanal Unduh NU Online .


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags : Fiqih , Disabilitas , NU , KH Said Aqil Siroj

Berita Terkait