Kemnaker: Revolusi Industri 4.0 Merubah Aspek Ketenagakerjaan secara Ekstrem

| Selasa, 24/09/2019 10:36 WIB
Kemnaker: Revolusi Industri 4.0 Merubah Aspek Ketenagakerjaan secara Ekstrem Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Manusia Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Aris Wahyudi (foto Humas Kemnaker)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Kementerian Ketenagakerjaan melalui Biro Humas Kemnaker menggelar Diskusi Ketenagakerjaan dengan tema "Menyongsong Revolusi Industri 4.0 Melalui Pelatihan Vokasi: Perkuat Daya Saing Sumber Daya Manusia" bertempat di Ruang Tripartit Kemnaker, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin 23 September 2019.

Diskusi Ketenagakerjaan yang menghadirkan pembicara Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Dirjen Binalattas) Kemnaker, Bambang Satrio Lelono; Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial, Anton J. Supit.

Nampak pula hadir Direktur Union Global Asia & Pasific, Kun Wardana Abyoto ini dibuka secara resmi oleh Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Manusia Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Aris Wahyudi.

Dalam sambutannya, Aris Wahyudi mengatakan bahwa revolusi industri 4.0 berdampak luar biasa di aspek ketenagakerjaan. "Pola konsumsi, pola produksi, dan pola distribusi barang dan jasa saat ini berubah sangat ekstrem. Itulah kenapa disebut digital distraction, ada kekacauan, dan ada ketidakteraturan dari bisnis lama," ujar Aris Wahyudi.

Dikatakan oleh Aris, ilmu ekonomi lama hanya membahas 3 hal. Bagaimana produksi barang dan jasa? Bagaimana distribusi barang dan jasa? Bagaimana pola konsumsi barang dan jasa? Dalam kontes ketenagakerjaan sekarang yang dibahas juga "Bagaimana masalah produksi dan jasa, distribusi produk dan jasa, dan penggunaan jasa tenaga kerja," sambung dia.

Begitu besarnya dampak revolusi industri 4.0 terhadap ketenagakerjaan membuat pemerintah sejak tahun lalu memberikan perhatian lebih di sektor ketenagakerjaan dan pengembangan SDM. Aris Wahyudi mengatakan anggaran Kementerian Ketenagakerjaan setiap tahun terus meningkat.

"Saat ini posisi (anggaran) Kementerian Ketenagakerjaan di rangking 20 dari 86 kementerian/lembaga. Ini luar biasa, karena tahun 2018 lalu di angka 30 dari jumlah kementerian/lembaga yang ada di Indonesia. Ini menjadi bukti adanya satu progres dan perhatian terhadap ketenagakerjaan. Dari isu-isu pinggiran yang tidak dianggap penting menjadi dianggap penting," jelas Aris.

Namun, besarnya anggaran tidak membuat kementerian dapat bekerja sendiri karena tetap membutuhkan kolaborasi berbagai stakeholder.

"Dalam konteks pengembangan SDM, secanggih apapun peralatan di lembaga pendidikan dan balai latihan kerja (BLK) pasti tidak bisa mengimbangi kemajuan peralatan atau teknologi di industri," kata Aris Wahyudi.

Selain itu, di lembaga pendidikan dan BLK muatan materi yang sifatnya produktif juga materi-materi yang memungkinan anak-anak untuk learning agility-nya juga penting untuk tetap dijaga.

"Dalam kurikulum ada 3 komponen besar, muatan sifatnya normatif, adaptif, dan sifatnya produktif. Kita harapkan bisa mengimbangi terjadi sesuatu yang distraction tadi," ujar Aris Wahyudi.

Tags : Kemnaker , Revolusi Industri