Lomba Cerpen Santri 2018

Suksesku dari Pesantren

| Kamis, 08/11/2018 19:37 WIB
Suksesku dari Pesantren Dok Radarbangsa

Oleh: Tartib Qodriah Rahmawati

RADARBANGSA.COM - Empat belas Juli Dua Ribu Empat Belas adalah hari pertamaku di pesantren. Rasa senang dan sedih bercampur padu dalam benakku. Ratih Kusumaningrum itu nama lengkapku, aku adalah gadis kecil desa yang dikirim ke kota untuk belajar ilmu agama di pesantren. Pada awalnya, aku fikir hidup dipesantren adalah sebuah keberuntungan, karna tak setiap orang bisa merasakannya. Namun saat aku mulai hidup dipesantren rasa beruntung itu hilang dan berubah menjadi beban. Karna di sini aku harus hidup sendiri tanpa bantuan orang tua. Dari mencuci, menyetrika, makan, tidurpun sendiri dan semua serba mengantri. Apalagi hidup dengan teman teman yang belum mengerti perasaan satu sama lain.Tapi apalah dayakuyang harus bisa menahan beban dan merubahnya kembali  menjadi keberuntungan.

Hari terus berlalu, satu bulan tepat aku disini, dan mala mini adalah malam pembacaan tata tertib yang harus kami patuhi. Sangking takutnya hamper semua anak yang di ada di kamarku menangis karna peraturan yang menurut kami cukup berat. Salah satunya “tidak menggunakan bahasa Indonesia dalam sehari hari.” Ya, menurut kami sebagai santri baru peraturan ini cukup berat dan tak menjamin kalo kami bisa melakukannya. Tapi semua salah, kami sebagai santri baru bisa melakukannya. Walau sedikit demi sedikit dan sangat butuh perjuangan,

Di pesantren ini, mulailah aku mengenal teman temanku yang sebenarnya, dari teman yang seru, gokil dan mengerti satu  sama lain. Suatu hari aku turun dari kamarku yang ada di lantai dua, aku turuni satu persatu anak tangga yang ada di depanku. Namun saat aku menginjak anak tangga yang terakhir, spontan aku lihat tumpukan sandal yang ada di depan tangga tersebut dan ternyata tidak ada sandalku di sana. Entah dimana dan siapa yang memakai. Akupun dengan spontan teriak “Siapa yang memakai sandalku?.”  Saat itu pula hamper semua santri putri yang ada di depan asrama melihat ke arahku, namun dengan pedenya aku terus lari kea rah kamar temanku yang di lantai bawah, dan ternyata yang ada di kamar itu adalah ustadzah yang sedang bercerita bagaimana pondok Miftahussalam yang dulu.

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait