Kebijakan FDS Kanker 'Rahim' Pendidikan Ala Pesantren

| Rabu, 14/06/2017 13:14 WIB
Kebijakan FDS Kanker 'Rahim' Pendidikan Ala Pesantren
Pergilah dari rumahmu, carilah keutamaan, karena dalam kepergianmu ada 5 faidah yang akan melingkupimu : membuang kesusahan, mencari bekal hidup, ilmu, tatakrama dan teman sejati. Meskipun dalam bepergian pun terdapat kehinaan, terlunta lunta, menembus belantaradan menerjang kepayah payahan. Nasehat tersebut dikutip dari kitab Ala La Tanalul Ilma yang disusun oleh santri kreatif Pesantren Lirboyo, santri yang tentu adalah bagian tidak terpisahkan dari Madrasah Diniyah yang dalam beberapa terahir karna kebijakan FDS (Full Day School) membangkitkan kesadaran kita tentang peran pentingnya Pesantren dan Madrasah Diniyah terhadap diri kita masing-masing sebagai alumni Madrasah Diniyah, keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia. Di banyak pesantren terutama di Jawa dan Sumatera kitab Ala La masuk dalam kurikulum paling dasar, tentu bukan karna penyusunnya bukan orang Arab tetapi karena kitab yang secara garis besar berisi tentang pentingnya ilmu dan persahabatan tersebut disusun dari syair - syair nasehat yang sebagian besar dari kitab Ta'lumul Muta'alim dan berbagai kutipan syair yang sangat mudah dipahami oleh santri pemula, lebih istimewa lagi karena ada terjemah bahasa Jawa dalam Arab Jawa / pegon, hal tersebut menjadi sangat membantu bagi santri pemula yang sedang belajar tulis dan baca pegon. Ciri khas kurikulum Madrasah Diniyah adalah tidak hanya penekanan pada santri sebagai anak didik bisa menghafal atau mampu mamahami pelajaran tetapi agar santri mempunyai karakter dan mental yang akhlaqul karimah. Dan penggunaan tulisan pegon di pesantren menunjukkan betapa dekatnya pesantren dengan budaya dan tradisi masyarakat sekitar. Kutipan syair dalam kitab Ala La di atas merupakan salah satu contoh bagaimana Madrasah Diniyah membentuk santri menjadi manusia yang mempunyai kesadaran belajar yang terus menerus, mental juang dan silaturrahim yang baik. Dan selama Madrasah Diniyah masih ada insyaallah manusia yang demikianlah yang akan terus dilahirkan dari ribuan pesantren dan ratusan ribu Madrasah Diniyah yang ada di masjid dan musala yang ada di Indonesia. Jadi, kembali kepada kebijakan FDS Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai alumni Madrasah Diniyah saya menyimpulkan bahwa kebijakan FDS adalah kanker bagi 'rahim' yang sudah melahirkan jutaan manusia yang tidak letih belajar, pejuang, berkarakter dan berakhlaqul karimah. Bukan berlebihan jika kita semua yang menjadi bagian dari Madrasah Diniyah ikut memberikan argumen bahkan protes atas kebijakan tersebut, kebijakan yang konon berdasar pada arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sehingga memunculkan pertanyaan Presiden yang tidak kontrol menterinya atau Menteri Pendidikan yang gagal paham dan punya tafsir tunggal atas arahan Presiden. Kunjungan Presiden Jokowi ke beberapa pesantren dan bahkan salah satu dialog dengan santri sempat menjadi viral di media sosial menjadikan kita yakin bahwa Presiden Jokowi dekat dan menaruh harapan besar dengan pendidikan ala pesantren, tetapi dengan Presiden Jokowi seolah melakukan pembiaran terhadap kebijakan Menteri Pendidikan tentu tidak berlebihan jika mempertanyakan ulang komitmen Presiden Jokowi atau Presiden sedang melakukan apa dengan dua hal yang jelas beda arah. Semoga Presiden Jokowi tidak kehilangan akal sehat dan terus diberikan keihlasan dalam kerja kerja dan kerja. Miftahul Aziz Alumni Madrasah Diniyah / Ketua DKN Garda Bangsa
Tags :