Tutup Kuartal I 2024, IHSG Menguat 0,22 Persen

| Senin, 01/04/2024 13:44 WIB
Tutup Kuartal I 2024, IHSG Menguat 0,22 Persen Ilustrasi. Pergerakan Saham di Kantor Bursa Efek Indonesia (Foto: Medanz.id)

RADARBANGSA.COM - Meski masih volatile, namun pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatatkan penguatan 0,22% sejak akhir tahun 2023 - akhir kuartal I 2024.

Mengutip data Ipotnews, IHSG pada akhir tahun lalu ditutup pada level 7.272,80. Memasuki tahun ini, IHSG ssmpat menguat sebentar namun segera terjerembak di level 7.200 atau turun 1,0% pada 9 Januari. 

Sempat bangkit sedikit, IHSG kembali terjatuh semakin dalam pada 26 Januari menjadi 7.137,09 atau turun 1,87% dibandingkan akhir tahun lalu. Setelah itu, IHSG mulai bergerak bangkit hingga mencapai titik tertinggi pada 20 Februari di level 7.352,60 atau naik 1,10%.

Sayangnya, sesudah itu IHSG kembali terperosok hingga ke titik terendah pada 5 Maret menjadi 7.247,46 atau turun 0,35%. Kemudian IHSG bangkit hingga mencapai titik tertinggi pada 14 Maret di level 7.433,31.

Selanjutnya IHSG kembali mengalami penurunan hingga 18 Maret di level 7.302,45, naik 0,41%. IHSG kemudian menguat lagi hingga 25 Maret di level 7.377,76 atau naik 1,44%.

Terakhir, IHSG bergerak menurun sampai perdagangan terakhir Q1 2024 pada Kamis (28/3) di level 7.288,81, atau menguat 0,22% dibanding akhir tahun lalu. 

Praktisi pasar modal dan Dosen Magister Ekonomi Atma Jaya dan Trisakti, Hans Kwee mengatakan pergerakan IHSG memang masih volatile sepanjang Q1 2024. "Faktor utamanya adalah ekspektasi pelaku pasar yang berubah terhadap besaran penurunan suku bunga acuan Federal Reserve tahun ini," kata Hans saat dihubungi Ipotnews, Senin 1 April 2024.

Semula di awal tahun pelaku pasar memperkirakan suku bunga the Fed bisa turun hingga enam kali atau 150 basis poin. Namun perkembangan data perekonomian AS yang lebih kuat dari perkiraan dan inflasi yang membandel, membuat ekspektasi ini merosot. 

"Kini pelaku pasar hanya memperkirakan penurunan tiga kali atau 75 basis pojn," ujar Hans. 

Selain itu inflasi global juga menunjukkan perkembangan yang membandel. Ketidakstabilan geopolitik di Timur Tengah membuat harga minyak dunia masih cukup tinggi. "Ini juga menjadi sentimen negatif bagi Indonesia yang berimbas terhadap IHSG," pungkas Hans. 

Tags : IHSG , Saham , Pasar

Berita Terkait