Kiai Said: Budaya dan Tradisi adalah Instrumen Dakwah

| Rabu, 23/10/2019 17:24 WIB
Kiai Said: Budaya dan Tradisi adalah Instrumen Dakwah Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj mendoakan pesilat terbaik Pagar Nusa sebelum berangkat ke Aljazair (foto: Facebook Zainul Munasichin)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj menyatakan bahwa kebudayaan dan agama Islam tidak juga merta bertentangan, saling berseberangan. Sungguh, mengundang menjalin simbiosis mutualisme. Kehadiran Islam sebaliknya memberikan peluang adanya transformasi budaya dengan cara melakukan afirmasi dan akomodasi terhadap pertanian yang sudah ada.

“Karena dianggap, tak heran jika sebagian tradisi tetap disyariatkan,” kata KH Said Aqil Siroj saat membahas Pidato Kebudayaan dalam rangka Hari Santri 2019 di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa, 22 Oktober 2019.

Haji, misalnya, yang pada mulanya merupakan ritual yang dilakukan oleh Nabi Adam, Nabi Ibrahim, dan Nabi Ismail. Laku demikian itu diak diakomodasi oleh Islam sebagai suatu hal yang wajib dilakukan bagi mereka yang berkemampuan sebagai bentuk napak tilas perjalanan mereka. Pun dengan puasa yang sudah dijalankan oleh para nabi dan umat-umat seperti Nabi Musa dan Siti Maryam.

“Begitu juga, kompilasi Islam datang ke Nusantara. Islam yang dibawa dan diluncurkan oleh para Walisongo bukan dengan cara memberangus budaya dan tradisi yang ada, dipersiapkan sebagai instrumen dakwah, ”terangnya.

Hal tersebut berdampak pada menyatunya Islam dengan budaya lokal. Dalam perkembangan inilah, jelasnya, Islam Nusantara dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama.

“Kebudayaan dan tradisi yang berkembang di masyarakat tidak juga ditolak, tetapi ditolak menjadi infrastruktur dakwah,” terang Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan itu.

Menara yang lebih banyak dijumpai di masjid-masjid pada mulanya hal tersebut adalah arsitektur Islam, yang dikeluarkan dari agama Zoroaster. Namun, Islam tidak menentang menara sehingga, tetapi memodifikasinya sehingga menara sampai hari ini tetap digunakan sebagai arsitektur masjid pada umumnya. Padahal, menara yang berasal dari kata manarah yang berarti tempat api. Namun, apinya dipindahkan, dan bangunannya tetap ditunda.

Sikap demikian ini tentu saja bukan tanpa dasar yang absah. Mengutip Al-Qur`an Surat al-An`am ayat 108, Kiai Said menerjemahkannya sebagai berikut, "Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan tetap tanpa tahu." Demikianlah Kami jadikan setiap orang memperhatikan baik-baik pekerjaan mereka. Kemudian untuk Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia kembali ke mereka apa yang harus mereka kerjakan.

Tags : Said Aqil Siroj , PBNU , Islam

Berita Terkait